UPACARA NGABEN HINDU BALI
KATA PENGANTAR
Puji
syukur Tim Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dalam waktu yang relatif singkat Tim berusaha menyelesaikan makalah ini.
Semoga dengan kehadiran makalah ini dapat membantu untuk memudahkan
para mahasiswa dalam memahami tentang upacara adat ngaben yang merupakan
salah satu bentuk pelaksanaan upacara pitra yajna yang diyakini sebagai
salah satu sarana untuk mengembalikan unsur-unsur Pancan Mahabhuta
kepada asalnya.
Tim
Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan waktu, pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki serta masih langkanya literatur atau bahan
pustaka yang dimiliki, sehingga masih banyak mempunyai kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, Tim Penulis mengharapkan
sumbangan-sumbangan pemikiran, kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini yaitu dengan tema ”Upacara Adat Ngaben Umat Hindu Bali”.
Akhirnya
Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas semua
sumbangan yang diberikan, baik berupa saran maupun kritik.
Juni 2009
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian
atau seseorang meninggal, berarti hubungan dengan dunia nyatanya telah
putus, ia dikatakan kembali ke alam baka / ke akhirat. Ida hyang Widhi
atau Tuhan Yang Maha Esa, sang pencipta kelahiran dan kematian yang
berwenang menentukan status batas usia, yang tidak dapat diramal oleh
manusia biasa, kapan waktunya yang tepat seseorang berpulang kedunia
akhirat.
Didalam
perjalanan kematian tersebut diatas tidak ada ketentuan yang pasti
terhadap seseorang tidak ada pilih kasih, tidak ada perbedaan kaya
ataupun miskin, juga perbedaan pejabat atau bukan pejabat, ayah apa
anak, kakek apa cucu, dokter apa pasien, semuanya akan berjalan kelak
menuju kearah kematian sesuai dengan kehendak takdir, yang
diembel-embeli pula dengan perbuatan serta karmanya.
Jadi
mati adalah suatu keharusan dari hidup manusia yang kemudian
masing-masing bangsa, masing-masing agama, masing-masing suku mempunyai
cara-cara tersendiri untuk memberikan penghormatan terakhirnya sebagai
manusia yang memiliki peradaban budaya.
Khususnya
di Bali dengan umat yang memeluk Agama Hindu yang menganut kepercayaan
adanya roh masih hidup setelah badan kasar tak bergerak dan terbentang
kaku, mempunyai upacara yang khas dalam penyelenggaraan jazad seseorang
yang berpulang yang disebut Pitra Yajna dimana rangkaian dari upacara
ini biasa dikenal dengan Istilah Ngaben / Palebon / Pralina dll, dan
disesuaikan dengan tingkat dan kedudukan seseorang yang bernilai
“Desa-Kala-Patra-Nista-Madya-Utama”.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud
dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran
secara ringkas dan jelas tentang segala sesuatu